Selasa, 31 Mei 2011

Ternyata Ada 'Toko Wanita' Di Dunia

Biasanya pada sebuah toko dijual
beberapa barang untuk kebutuhan
manusia. Namun, bisakah Anda
bayangkan jika ada sebuah toko
yang menjual manusia?
Sebuah toko di sebuah pusat
perbelanjaan di Tel Aviv, Israel,
belakangan menjadi pusat perhatian.
Tentusaja, “barang” yang dijual di
toko itulah yang menarik orang
ingin tahu. Toko itu tidak menjual
sembarang barang. ”Di depan pintu
toko tersebut dengan jelas
terpampang sebuah tulisan yang
pastinya membuat orang tertegun
dan ingin tahu. “Dijual Perempuan,”
begitulah tanda yang tertulis dengan
huruf kapital latin di depan pintu
toko itu.
Sebagaimana pengumuman yang
terpampang di pintu toko itu, maka
Anda tidak akan menemukan
barang lain di dalamnya selain
perempuan. Toko itu berdiri di
antara toko pakaian, toko buku/
komik, kios tato, dan beragam toko
lainnya. Selayaknya toko yang
memajang barangnya di etalase,
toko penjual perempuan itu pun
demikian juga. Para perempuan
berbusana seksi dan ketat yang
tentu saja menggoda iman para pria
yang lalu lalang terpampang dengan
jelas di etalase toko.
Dan, karena mereka makhluk hidup,
tiap kali ada pria yang kadang iseng
menggoda, mata mereka pun
mengedip genit. Namun, tak semua
perempuan yang dipajang di toko
itu berdandan menor dan cantik. Di
antaranya ada perempuan bermuka
lebam seperti korban kekerasan.
Para perempuan tersebut kerap kali
berteriak seperti orang kesakitan.
Mereka juga sering merintih seperti
habis disiksa.
Rintihan dan teriakan mereka
membuat orang yang melihatnya
menjadi iba dan prihatin. Beberapa
perempuan yang dipajang juga
menampilkan umur, berat badan,
tinggi, ukuran bra, dan negara asal
yang ditulis di papan berukuran
kecil. Jika dilihat sekilas, toko itu
seperti tempat prostitusi. Mereka
juga tidak segan berpose seksi
layaknya model majalah pria
dewasa. Tapi, jangan disangka jika
toko itu benar-benar menjual
perempuan.
Toko itu dibuka sebagai media
kampanye anti pelacuran dan
perdagangan manusia (human
trafficking) yang dilakukan oleh
organisasi yang peduli dengan
perdagangan manusia. Perempuan-
perempuan yang dipajang di etalase
toko itu adalah para sukarelawan.
Toko itu bertujuan mengumpulkan
tanda tangan dari masyarakat untuk
menekan Kementerian Kehakiman
Israel agar mendukung
pemberlakuan hukum kejahatan
bagi pria yang pergi ke tempat
prostitusi.
Menurut satu pelopor gerakan, Ori
Keidar, peraturan itu dibutuhkan
untuk menghentikan perdagangan
perempuan di Israel. “Menurunnya
konsumen prostitusi membuat
kebutuhan perempuan untuk
prostitusi anjlok sehingga organisasi
penyelundup perempuan kehilangan
matapencarian,” ujarnya seperti
dikutip CNN. Keider mengatakan,
Swedia sudah memberlakukan
peraturan yang sama. “Terbukti
menurunkan tingkat prostitusi
terutama yang terkait dengan
organisasi kejahatan,” kata Keidar.
Selama satu dekade terakhir 10. 000
perempuan diseludupkan ke Israel.
Keidar menyebut kondisi itu sebagai
perbudakan masa modern.
Perempuan-perempuan itu
dipenjara, disiksa, diperkosa, dan
dibiarkan kelaparan. “Mereka dipaksa
melayani 15 sampai 30 orang setiap
hari, 365 hari setahun,” kata Keidar
yang berprofesi sebagai pengacara.
Sejak tiga tahun lalu polisi Israel
gencar memerangi perdagangan
perempuan dengan langsung
merazia tempat-tempat hiburan
malam.
Pasukan Israel juga meningkatkan
patroli di perbatasan Mesir-Israel
untuk mencegah penyelundupan
perempuan. Menurut Keidar,
perbatasan sepanjang 300 km
tersebut adalah rute utama
penyelundupan perempuan ke
Israel. “Aturan yang melarang pria
pergi ke tempat prostitusi bakal
mengurangi perdagangan
perempuan dan menekan bisnis
tersebut sehingga kita bakal
memastikan bahwa hal itu tidak ada
lagi di Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar