Jumat, 17 Juni 2011

Ani Perawan (Daun Muda)

Aku seorang mahasiswa berumur
21 tahun. Pada saat liburan
semester aku pulang ke
kampungku di Garut. Untuk
mengatasi kejenuhan, aku jalan-
jalan di kota tersebut. Dan
masuk ke sebuah pusat belanja
di kota kecil itu. Secara tak
sengaja aku memandangi
seorang gadis yang bisa
dikatakan cantik. Wajahnya
memancarkan kecantikan alami
yang jarang ditemui pada
seorang gadis kota.
Singkat cerita kami berkenalan.
Namanya Ani, berumur 16 tahun.
Duh, senang sekali aku bisa
kenalan dengan gadis seperti dia.
Bulan demi bulan telah berlalu,
kamipun semakin akrab dan
sering berhubungan lewat
telepon. Singkat kata, kamipun
sepakat untuk menjadi sepasang
kekasih.
Pada liburan semester
selanjutnya, kami berjanji
bertemu di rumahnya. Rumahnya
sih sederhana, maklum bapaknya
hanya pedagang kecil, tapi bukan
itu yang aku lihat. Malam itu kami
berdua menonton layar tancap,
hal yang sebenarnya cukup
simple tapi yah namanya juga lagi
kasmaran. Kami pulang jam
sembilan malam atas keinginan
Ani. Ternyata sampai di rumah
pacarku, kami hanya menerima
titipan kunci rumah. Keluarganya
sedang pergi menegok teman
ayah pacarku yang sedang sakit
keras.
Malam itu dingin sekali, Ani
permisi untuk ganti pakaian. Saat
kulihat Ani dengan pakaiannya
yang sederhana itu aku terpaku,
betapa cantik dan anggunnya dia
walaupun hanya memakai
pakaian biasa. Aneh, ada seuatu
yang aneh yang menjalar ke
perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”,
jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”,
tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan
tersipu.
Lama kami berpandangan, dan
aku mulai mendekati dirinya. Aku
pegang tangannya, lalu kuraba,
betapa lembut tangannya. Kami
saling berpegangan, meraba dan
membelai. Perlahan kubuka
pakaiannya satu persatu, kulihat
ia dalam keadaan setengah
telanjang. Kupandangi dadanya di
balik BH putihnya, kupandangi
seluruh tubuhnya, kulitnya yang
sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama
saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”,
jawabku sambil membuka BH dan
Celana dalam warna putihnya.
Kini ia polos tanpa satu
benangpun menutupi tubuhnya.
Kubaringkan ia di tempat tidur,
lalu kuciumi seluruh tubuhnya.
Tubuh Ani bergetar hebat,
menandakan bahwa dia baru
pertama kali ini melakukan
hubungan seks dengan lawan
jenisnya.
Lalu kubuka selangkangannya
dan kumasukkan penisku dengan
extra hati-hati. Ani mengerang
dengan pasrah, lalu kusuruh ia
untuk menggigit bantal agar
suaranya tidak kedengaran oleh
tetangga. Kugerakkan penisku,
maju mundur. Mata Ani merem
melek keenakan. Nafasku mulai
memburu, dan Ani mulai tidak
bisa mengontrol dirinya, dia
memegang bantal dengan
eratnya, gerakanku semakin
cepat, aku ingin sekali menembus
pertahanannya yang rapat itu.
Kupegangi payudaranya, kujilat,
kukulum, dan kurasakan penisku
mulai menegang dan,“Cret…,
cret…, cret”. Spermaku keluar
dengan deras, Ani memelukku
dengan erat dan kamipun
terbaring kelelahan. Dalam hati
aku bertekad untuk menikahi
gadis itu, karena aku sangat
mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar