Sabtu, 18 Juni 2011

(Daun Muda) - Anak Gelandangan

Aku adalah seorang karyawan di
sebuah Perusahaan yang
bergerak di bidang beverage.
Posisiku sudah lumayan tinggi,
yaitu sebagai General Manager
sehingga aku mendapatkan
fasilitas perumahan dan sebuah
mobil sedan. Aku masih lajang
sehingga sehabis pulang kerja
hobiku jalan-jalan cari
pengalaman dan refresing.
Cerita ini berawal saat aku
pulang kerja sekitar jam 11
malam, mobilku menabrak
seorang anak yang digandeng
ibunya sedang menyeberang
jalan. Untung saja aku cepat
menginjak rem sehingga anak itu
lukanya tidak parah hanya
sedikit saja dibagian pahanya.
Ketika aku tawarkan untuk ke
rumah sakit, Ibu itu menolak dan
katanya lukanya tidak parah.
“Ya udah bu, sekarang aku
antar Ibu pulang, dimana rumah
Ibu?”
“Nggak usah den, si Mbok nggak
usah diantar”.
“Kenapa Mbok, inikan sudah
malam, nggak apa-apa Mbok aku
antar ya?”
Si mbok ini tidak menjawab
pertanyaanku dan hanya
menunduk lesu dan ketika dia
mau menjawab, dari arah ujung
trotoar mencul anak kecil sambil
membawa bekicot.
“Ini Mbok bekicotnya, biar luka
Mbak Tika cepat sembuh”.
Ibu itu menerima bekicot dari
gadis itu, memecahnya dibagian
ujung dan mengoleskannya diluka
gadis yang ternyata namanya
Tika. Tapi, Setelah selesai
mengoleskan, simbok itu
mengandeng Tika dan adiknya
mau pergi. Sebelum melangkah
jauh, aku hadang dan berusaha
untuk mengantarnya pulang.
“Simbok mau pulang.., aku antar
ya Mbok, kasihan Tika jalannya
pincang”.
“Ngaak usah den, simbok..”.
“Kenapa Mbok, nggak sungkan-
sungkan, ini kan sudah malam,
kasihan Tika Mbok..”.
“Simbok ini nggak punya rumah
den, sombok cuma gelandangan”.
Aku sempat benggong
mendengar jawaban simbok ini,
akhirnya aku putuskan untuk
mengajaknya ke rumahku
walaupun hanya untuk malam ini
saja. Terus terang aku kasihan
kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan
kedua anakmu itu malam ini boleh
tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.
“Sudahlah Mbok, ini juga kan
untuk menebus kesalahanku
karena menabrak Tika”.
Dari informasi yang aku
dapatkan didalam mobil selama
perjalanan pulangp, simbok ini
ternyata ditinggak suaminya
saat mengandung adiknya Tika,
yang akhirnya aku ketahui
namanya Intan. Simbok ini yang
ternyata namanya Inem, usianya
sekitar 42 tahun, dan anaknya si
Tika umurnya 14 tahun
sedangkan Intan baru 11 tahun.
Tika sempat lulus SD, sedangkan
Intan hanya sempat menikmati
bangku SD kelas 4.
Setelah sampai dirumah, Mbok
Inem dan kedua anaknya
langsung aku suruh mandi dan
makan malam. Ternyata simbok,
Tika dan Intan tidak membawa
baju ganti sehingga setelah
mandi baju yang dipakainya ya
tetap yang tadi. Padahal baju
yang dipakai ketigany sudah
tidak layak untuk dipakai lagi.
Simbok memakai daster yang
lusuh dan sobek disana-sini
sedangkan Tika dan Intan sama
saja lusuh dan penuh jahitan
disana sini. Besok yang kebetulan
hari minggu, aku memang
mempunyai rencana membelikan
baju untuk mereka bertiga. Aku
memang tipe orang yang nggak
bisa melihat ada orang lain
menderita. Kata temen-temen
sih, aku termasuk orang yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi.
“Tika dan juga kamu Intan makan
yang banyak ya.. biar cepet
gede..”.
“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau
Intan habiskan semuanya, karena
Intan sudah 2 hari nggak
makan”.
“Boleh nduuk.., Intan dan Tika
boleh makan sepuasnya disini”.
*****
Mulai dari sinilah awal dari
petualangan seksku. Setelah
acara makan malam selesai,
ketiganya aku suruh tidur di
kamar belakang. Sekitar jam 1
malam setelah aku selesai nonton
acara TV yang membosankan,
aku menuju kekamar belakang
untuk meneggok keadaan
mereka. Ketika aku masuk
kekamar mereka, jantungku
langsung berdeguk cepat dan
keras saat aku melihat daster
Mbok Inem yang tersingkap
sampai ke pinggang. Ternyata
dibalik daster itu, Mbok inemku
ini memiliki paha yang betul-betul
mulus dan dibalik CD nya yang
lusuh dan sobek dibagian
depannya terlihat dengan jelas
jembutnya yang tebal dan hitam.
Pikiranku langsung melayang dan
kontolku yang masih perjaka ini
langsung berontak.
Setelah agak tenang, tanganku
langsung bergerilnya mengelus
paha mulus Mbok inemku ini.
Setelah puas mengelus pahanya,
aku mulai menjilati ujung paha
dan berakhir dipangkal pahanya.
Aku sempat mau muntah ketika
mulai menjilati klitorisnya. Di
depan tadi kan aku sudah bilang
kalau CD Mbok ku ini sobek
dibagian depan.., jadi clitnya
terlihat dengan jelas. Sedangkan
yang bikin aku mau muntah
adalah bau CDnya. Ya.. mungkin
sudah berhari-hari tidak dicuci.
Setelah sekitar 13 menit aku
jilati clitnya dan ternyata Mbok
inemku ini tidak ada reaksi.. ya
mungkin terlalu capek shingga
tidurnya pulas banget, aku mulai
keluarkan kontolku dan mulai
aku gesek-gesekkan di clitnya.
Aku tidak berani melapas CDnya
takut dia bangun. Ya.. aku hanya
berani mengocok kontolku sambil
memandangi clit dan juga
teteknya. Ternyata Mbok inemku
ini tidak memakai BH sehingga
puting payudaranya sempat
menonjol di balik dasternya. Aku
tidak berani untuk memeras
teteknya karena takut Mbok
Inem akan bangun.
Sedang asyik-asyiknya aku
mengocok kontolku, si Tika
bangun dan melihat ke arahku.
Tika sempat mau teriak dan
untung saja aku cepat menutup
mulutnya dan memimta Tika
untuk diam. Setelah Tika diam,
berhubung aku sudah tanggung,
terus saja aku kocok kontolku.
Tika yang masih terduduk lemas
karena ngantuk, tetap saja
melihat tangan kiriku yang
mengocok kontolku dan tangan
kananku mengusap-usap paha
mulus ibunya. Sambil melakukan
aktivitasku, aku pandangi si Tika,
gadis kecil yang benar-benar
polos, dan aku lihat sesekali Tika
melihat mataku terus berpindah
ke paha ibunya yang sedang aku
elus-elus berulangkali. Setelah
sekitar 8 menit berlalu, aku tidak
tahan lagi, dan akhirnya“..
croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali
aku menembakkan pejuhku ke
arah clit Mbok inemku ini.
Saat aku keluarkan pejuhku, si
Tika menutup matanya sambil
memeluk kedua kakinya. Pada
saat itulah aku tanpa sengaja
melihat pangkal pahanya dan
ternyata.., tikaku ini tidak
memakai CD. Saat aku sedang
melihat memeknya Tika, dia
bilang..
“Ndoro.. kenapa pipis di
memeknya simbok”. aku sendiri
sempat kaget mendengarnya.
“Nduuk.. itu biar ibumu tidur
nyenyak..”.
“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika
mau pipis.. tapi Tika takut ke
kamar mandi..”.
“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar
ke kamar mandi”.
Tika kemudian aku ajak pipis ke
toilet di kamar tidurku. Aku
sendiri juga pengen pipis, terus
Tika aku suruh jongkok
didepanku. Tika kemudian
mengangkat roknya dan.. suur..
banyak sekali air seni yang
keluar dari memeknya. Aku
sendiri hanya sedikit sekali
kencingku. Setelah acara pipisnya
selesai, Tika aku gendong dan
aku dudukkan di pinggir
ranjangku. Lalu aku peluk dan
aku belai lembut rambut
panjangnya yang sampai ke
pinggang.
“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti
memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti
Ndoro yang bersihin memeknya
Tika.. Tika bobok disini ya.. sama
ndoromu ini..”.
Kemudian Tika aku angkat dan
mulai aku baringkan di ranjang
empukku ini. Tangganku mulai
aktif membelai rambutnya,
pipinya, bibirnya.. dan juga
payudaranya yang lumayan
montok. Pada saat tanganku
mengelus pahanya..
“Ndoro.. kenapa mengusap-usap
kaki Tika yang lecet..”.
“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang
benar-benar sudah horny untuk
mencicipi Tika, gadis kecilku ini.
Bayangkan pembaca, disebelahku
ada gadis 14 tahun yang begitu
polos, dan dia diam saja ketika
tanganku mengelus-elus seluruh
tubuhnya.
Pembaca.. gimana udah belum
ngebayanginya.. udah belum..!
udah yaa.. aku terusin ceritanya.
Kemudian aku jongkok diantara
kakinya dan mulailah aku singkap
rok yang dipakai Tika sampai ke
pinggang. Sekarang
terpampanglah dihadapanku
seorang gadis kecil usia 14 tahun
denga bibir kemaluan yang masih
belum ditumbuhi bulu. Setelah
pahanya aku kangkangkan,
terpangpanglah segaris bibir
memek yang dikanan-kirinya
agak mengelembung.., eh
maksudku tembem. Dengan jari
telunjuk dan Ibu jari aku
berusaha untuk menguak isi
didalamnya. Dan ternyata.. isinya
merah muda, basah karena ada
sisa pipisnya yang tadi itu lho
dan juga agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus
memek keperawanannya, dan
sesekali aku pijit, pelintir dan aku
tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri
heran clitnya tikaku ini
ukurannya nggak kalah sama
ibunya.
“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika
diapain.. Ndoro..”.
“Tenang Nduk.. nggak apa-apa..
Ndoro mau nyembuhin luka kamu
kok.. Tika diam saja yaa..”.
“Inggiih.. Ndoro..”.
Setelah Tika tenang, akupun
mulai menjilati memeknya dan
memang ada rasa dan bau
pipisnya Tika.
“Ndoro.. jangaan.. Tika malu
ndoroo.. memek Tika kan bau..”.
Aku bahkan sempat memasukkan
jariku ke liang perawannya dan
mulai aku kocok-kocok dengan
pelan. Tikapun mulai
menggelinjang dan mengangkat-
angkat pantatnya.
Aku pun mulai menyedot
memeknya Tika dengan kuat dan
aku lihat Tika menggigit bibir
bawahnya sambil kepalanya
digoyang kekanan kiri.
“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya
Tika diapain sih ndoroo..”.
Akupun tidak peduli dengan
keadaan Tika yang kakinya
menendang-nendang dan
tangannya mencengkeram seprei
ranjangku sampai sobek disana
sini. Dan akhirnya..
“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau
pii.. piis dulu Ndoro..”.
Dan tidak lama kemudian “Ssuur..
suur.. suur..”
Banyak sekali cairan hangatnya
membanjiri mulutku. Aku
berusaha sekuat tenaga untuk
menelan semua cairan memeknya
yang mungkin baru pertama kali
ini dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap
sampai bersih, akupun tiduran
disebelahnya dan kurangkul
tikaku ini.
“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi
pipis di mulutnya Ndoro.. pipis
Tika bau ya Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika
harus dihukum.. karena udah
pipis dimulut Ndoro..”
“Tika mau dihukum apa saja
Ndoro.. asalkan Ndoro nggak
marahin Tika..”.
“Hukumannya, Tika gantian
minum pipisnya Ndoro.. mau
nggak..”.
“Iya Ndoro..”.
Akhirnya aku keluarkan kontolku
yang sudah tegang. Begitu
kontolku sudah aku keluarkan
dari CDku, Tika yang masih
terlalu polos itu menutup
wajahnya dengan kedua
tangannya. Aku lihat wajah Tika
agak memerah. Setelah aku
lepaskan kedua tangannya, aku
sodorkan kontolku kedepan
wajahnya dan aku suruh Tika
untuk memegangnya.
“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-
elus..!.
“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu
Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak
nggigit kok.. ini namanya kontol
Nduk..”.
Kemudian gadis kecilku ini mulai
memegang, mengurut, meremas
dan kadang-kadang diurut.
“Nduk.. kontolnya ndoromu ini
diemut ya..”.
“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro..
Tika jijik Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. diemut
saja seperti saat Tika ngemut es
krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih
es krim.. mau ya..”.
“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih
es krim..”.”Iya Nduk..”.
Tika pun jongkok diantara
pahaku dan mulai memasukkan
kontolku ke mulutnya yang
mungil. Agak susah sih, bahkan
kadang-kadang kontolku
mengenai giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa..
ya gituu.. nduuk..”.
Sambil Tika mengoral kontolku,
kaos lusuhnya Tika pun aku
angkat dan aku lepaskan dari
tubuh mungilnya. Aku elus-elus
teteknya dan kadang aku remas
dengan keras.
“Aku gemes banget sih sama
payudaranya yang bentuknya
agak meruncing itu”.
Sekitar 12 menit kemudian, aku
rasakan kontolku sudah
berdenyut-denyut. Aku tarik
kepala Tika dan aku kocok
kontolku dimulut mungilnya.. dan..
aku tekan sampai menyentuh
kerongkongannya dan akhirnya
“.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”
Cairan pejuhku sebagian besar
tertelan oleh Tika dan hanya
sedikit yang menetes keluar dari
mulutnya.
“Ndoroo.. pipisnya banyak
banget.. Tika sampai mau
muntah..”.
“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan..
pipisnya Ndoro..”.
“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental
banget.. Tika sampai nggak bisa
telan.. agak amis Ndoro..”.
Aku memang termasuk laki-laki
yang suka merawat tubuhku.
Hampir setiap hari aku fitnes.
Menuku setiap hari : susu khusus
lelaki, madu, 6 butir telur
mentah, dan juga suplemen
protein produk Amerika. Jadi ya
wajar kalau spermaku kental dan
agak amis.
Kemudian aku peluk bidadariku
kecilku ini dan sesuai janjiku dia
aku kasih es krim rasa vanilla.
Setelah habis Tika memakan es
krimnya, dia aku telentangkan
lagi diranjangku. Terus aku
kangkangkan lagi pahanya dan
aku mulai lagi menjilati memek
tembemnya. terus terang saja
aku penasaran sebelum
membobol selaput daranya.
“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti
Tika pipis lagi lho Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi
aja Nduk.. Tika mau lagi khan es
krim..”
“Mau Ndoro..”.
Setelah aku siap, pahanya aku
kangkangkan lagi lebih lebar, dan
aku mulai memasukkan kepala
kontolku ke lubang surgawinya.
Baru masuk sedikit, tikaku
meringgis.
“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok
sakit..”
Aku sempat tarik ulur kontolku
di liang memeknya. Dan setelah
kurasa mantap, aku tekan
dengan keras. Aku rasakan ujung
kontolku merobek selaput tipis,
yang aku yakin itu adalah
selaput daranya.
“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku
peluk Tika, kuciumi wajah dan
bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Nduk.. nanti
enak kok.. Tika tenang saja ya..”.
Setelah kudiamkan beberapa
saat, aku mulai lagi memompa
memeknya dan aku lihat masih
meringis sambil menggigit bibir
bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro..
ahh..” itulah yang keluar dari
mulutnya Tika.
“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih…,
aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.
SAmbil aku terus meusuk-nusuk
memeknya, aku selalu perhatikan
wajah imutnya Tika. Sungguh
pemandangan yang luar biasa.
Wajahnya memerah, bibirnyapun
kadang-kadang menggigit bibir
bawahnya dan kalau aku lihatnya
matanya terkadang hanya
terlihat putihnya saja. Kedua
kaki Tika pun sudah tidak
beraturan menendang kesana-
kesini dan juga kedua tangannya
menarik-narik seprei kasurku
hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh..
ooh.. aahh, ndoroo..”.
Aku mulai rasakan ada
denyutan-denyutan vaginanya di
kontolku, pertanda tikaku
sebentar lagi orgasme. Kepala
Tika pun mulai menengadah ke
atas dan kadang-kadang
badannya melengkung. Sungguh
pemandangan yang sensasional,
gadis 14 tahun yang masih
begitu polos, tubuhnya
mengelinjang dengan desahan-
desahan yang betul-betul erotis.
Aku yakin para pembaca setuju
dengan pendapatku, tapi
tangannya pembaca kok
megang-megang“itu” nya
sendiri, hayo udah terangsang
ya. Aku tahu kok, nggak usah
malu-malu, terusin aja sambil
membaca ceritaku ini.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo..
ahh..”
“Ndoroo.. Tika mau pipiiss..
ndoroo..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku
seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar tikaku untuk
memberikan kesempatan gadis
kecilku menuntaskan orgamesme.
Setelah agak reda, aku lumat-
lumat bibir mungilnya.
“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis
dikasurnya Ndoro..”.
“Tika malu Ndoro.. udah gede
masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. (lugu
sekali gadisku ini).. Ndoro juga
mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan.
Kakinya aku angkat, lalu
kuletakkan di pundakku. Dengan
posisi ini kurasakan kontolku
menyentuh dinding rahimnya.
Memeknya jadi becek banget,
dan aku mulai mempercepat
sodokan kontolku.
“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau
bobok.. ndooroo..”.
“Iya nduuk.. Tika bobok saja
yaa..”.
“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.
Kutekan keras-keras kontolku
ke liang kenikmatannya dan
kutarik pantatnya dan“croot..
cruut.. croot.. croot.. cruut..
croot..!”. Aku muntahkan pejuhku
kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek
tembemnya, terlihat lendir putih
bercampur dengan darah segar
mengalir keluar dari liang
kemaluannya.
“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis
diperutnya Tika.., perut Tika jadi
hangat Ndoro..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak
kedinginan.., ayo sekarang Tika
bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.
“Inggih Ndoro.., sekarang Tika
capek.., Tika pengen bobok..”.
Aku perhatikan memeknya sudah
mulai melebar dan agak
membelah dibandingkan sebelum
aku perawanin. Aku peluk dia dan
aku cium dengan mesra Tika, si
gadis kecilku. Aku dan tikapun
akhirnya tertidur dengan pulas.
Nikmaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar