Jumat, 17 Juni 2011

Sex - Tugas Kenikmatan

Halo, perkenalkan namaku Dana
usia 27 tahun berasal dari
Sumatra Utara. Aku sudah
berkeluarga dengan 1 anak yang
masih berusia 3 tahun. Aku dan R
suamiku hidup sangat romantis
dan sebenarnya keharmonisan
kami sudah terbentuk sejak kami
masih berteman (R adalah rekan
kerja satu kantor sampai
sekarang) yang seiring
berjalannya waktu kamipun
berpacaran.
Ternyata keasikan pertemanan
kami setelah memasuki masa
pacaran tidak mengalami
perubahan malah semakin
kompak karena untuk pulang
kerumah aku tidak perlu kuatir
jam berapapun karena R dengan
setia siap mengantarku pulang
atau kalau aku yang lembur
maka R akan pulang duluan lalu
kembali ke kantor untuk
menjemput. Maklumlah sekalipun
posisiku dikantor masih tergolong
pegawai biasa tetapi kesibukan
seolah tidak pernah berhenti dan
aku sangat menikmati pekerjaan
itu.
Oh ya aku saat ini aku bekerja di
bagian keuangan salah satu NGO
asing yang menangani
perpajakan sehingga banyak
sekali tugasku menuntut aku
harus banyak menghabiskan
waktu untuk berhubungan
dengan orang-orang pajak yang
sudah menjadi rahasia umum
sangat banyak tuntutan. Akupun
jadi terbiasa menghadapi mereka
dan tak jarang untuk dapat
“melunakkan” hati mereka aku
harus bersikap seluwes bahkan
cenderung berpura-pura genit
termasuk tampil agak seronok
dengan tujuan supaya tugasku
dapat selesai dengan mudah.
Untungnya suamiku cukup
bijaksana dan dapat memahami
keberadaanku dengan
memberikan kepercayaan 100%
kepadaku. Ternyata keleluasaan
ini justru membawa aku kedalam
situasi yang sulit hingga akhirnya
aku memasuki satu dunia yang
belum pernah kukenal tapi
gilanya aku jadi sulit untuk
keluar dari dunia tersebut yaitu
threesome sex.
Awalnya ketika itu kantorku
menjelang tutup buku dan
seperti biasanya kesibukan kami
di keuangan menjadi luar biasa
tingginya sampai-sampai ada
beberapa rekanku yang harus
pulang kantor menjelang pagi.
Aku sendiri tetap pada tugas
utama yaitu merapihkan laporan-
laporan pajak dengan dibantu
oleh petugas-petugas pajak.
Syukurlah kali ini yang ditugasi
untuk konsolidasi ada 2 orang
yang sudah tidak asing bagiku
yaitu Heru (26) dan Dimas (25)
sehingga aku tidak perlu buang-
buang waktu untuk beradoptasi
dan menjelaskan kondisi
kantorku.
Kami janjian ketemu di Hertz
Chicken untuk makan siang
sekaligus berdiskusi awal
menyepakati hal-hal apa yang
harus dilakukan dan pembagian
tugasnya. Karena sudah akrab
kamipun menyelingi diskusi
dengan senda gurau dan setelah
itu kami lanjutkan pekerjaan inti
di kantor mereka yang letaknya
cukup jauh yaitu di Tanggerang.
3 hari pertama semua
berlangsung normal, ketika
memasuki hari ke 4 volume
pekerjaan semakin serius
sehingga tidak terasa sudah jam
8 malam. Sedangkan target
selesai kerjaan kami hari ke 6
sudah harus dilaporkan. Akupun
jadi gelisah sendiri dan rupanya
Heru menangkap gelagat itu dan
mencoba membantuku mencari
solusinya.
“Bukan apa-apa Her, rumahku
kan jauh sekali di Bogor
sedangkan jam segini aku masih
di Tanggerang”
“Ya udah begini saja, bagaimana
kalau Mbak Muti bermalam saja
di cottage dekat kantor lalu
besok pagi minta tolong suami
Mbak Dana membawakan pakaian
ke kantor. Tapi sekarang harus
kasih tahu dulu sama suami
supaya dia tidak gelisah
nungguin,” usul Heru
“Boleh juga, usul diterima”
sambutku gembira dan
mengangkat tangan untuk TOSH
dengan Heru.
Segera kutelpon suamiku R yang
sedang berada di luar kota
untuk minta ijin dan R menyetujui
bahkan menyuruhku supaya
mentuntaskan. Setelah makan
malam nasi goreng di kantor
akupun minta tolong Heru
mengantarku ke cottage yang
dimaksud. Setiba disana ternyata
tempatnya cukup menyenangkan
karena tersedia ruang tamu dan
2 kamar ditambah lagi hari itu
ada rate khusus berkenaan
dengan ulang tahun cottage
tersebut. Melihat itu spontan
aku langsung setuju bahkan
menyesali.
“Tahu begitu kita kerja disini
saja lebih enak”
Rupanya reaksiku ini disambut
oleh Heru,“kalau begitu
bagaimana kalau kita
melanjutkan tugas kita disini
supaya aku dan Dimas enggak
perlu repot-repot karena disini
kan bisa sekalian mandi lalu tidur,
mumpung kamarnya dua.. gimana
Mbak?”
“Boleh saja,” jawabku pendek
tapi dalam hati menyesali
spontanitasku tadi karena
berarti malam ini aku akan
berada bersama 2 laki-laki dalam
satu atap rumah.
Namun keraguanku pupus karena
aku berusaha berpikir positif,
toh kita nggak akan macam-
macam karena kamar kami
terpisah, kalaupun terjadi apa-
apa atas diriku aku bisa
berteriak. Ah, jahatnya hati ini..
kalau dilihat dari sikap dan
penampilan mereka yang intelek
mana mungkinlah mereka mau
berbuat macam-macam.
Tak lama kemudian Dimaspun
datang dengan membawa
beberapa tumpuk order dan
meletakkan di meja makan yang
rencananya akan kami jadikan
meja kerja. Untuk menghilangkan
rasa lelah aku memutuskan
untuk berendam di kamarku
yang juga dilengkapi dengan
kamar mandi. Tapi baru kusadar
aku tidak membawa pakaian,
untunglah aku membawa kaos
mirip singlet dan kebetulan
dibalik celana panjang yang
kupakai aku juga mengenakan
celana sport stretch hitam
sebatas diatas lutut. Masalah lain
adalah aku hanya membawa CD
yang menempel.. Duh bagaimana
ya..
Akhirnya aku dapat ide untuk
mencuci CD itu dan menjemur di
kamar mandi dengan harapan
besok pagi sudah kering. Sebagai
pengganti CD aku melapisi
kemaluanku dengan panty liner
yang kutempelkan langsung di
celana. Beress.. Kan?? Lalu
mandilah aku dengan air panas
yang sudah kuatur sesuai selera.
Usai mandi akupun berbusana
seperti yang sudah aku pikirkan
dan ketika keluar kamar kulihat
Heru dan Dimas sudah segar
karena mereka juga sudah mandi
dan seolah sudah janjian mereka
sama-sama mengenakan celana
pendek, tapi bagian atasnya
hanya Heru yang mengenakan
kaos singlet sedangkan Dimas
bertelanjang dada saja
membiarkan dadanya yang
bidang berotot dan berbulu itu
terpampang membuat darahku
sedikit berdesir.
“Maaf Mbak Dana aku terpaksa
tidak pakai apa-apa karena tadi
waktu mau mandi bajuku jatuh
dari kapstok sehingga basah”
Dimas berusaha menjelaskan dan
menutupi rasa saltingnya karena
mataku menatap tajam.
“O ya, tapi sudah dijemur kan?”
tanyaku basa basi.
“Sudah sih,” jawab Dimas sambil
pura-pura sibuk dengan
kerjaannya lagi.
“Ah, bilang aja mau pamer bulu
sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di
kampungnya aja segitu banyak
apalagi di kotanya.. ha, ha, ha”
ganggu Heru sambil melirik ke
aku dan kulihat Dimas semakin
malu.
Rupanya introduksinya Heru
tidak berhenti disitu karena
akhirnya kami kembali bersenda
gurau yang selanjutnya topikpun
beralih serius menjadi diskusi
tukar pikiran seputar hal-hal
yang sangat pribadi dan kamipun
tenggelam asik dalam
pembicaraan tentang teknik-
teknik ML. Dari situ baru
kuketahui dari kisah-kisah
mereka ternyata Heru sangat
piawai dalam teknik sex. Heru
terus bercerita tentang
pengalamannya dengan beberapa
teman gadisnya yang menurut
pengakuannya cewek-cewek itu
sangat tergila-tergila dengan
permainannya.
Lain halnya dengan Dimas yang
lebih banyak mendengarkan tapi
tanpa sadar Dimas sudah
menutupi bagian auratnya
dengan bantal, mungkin malu
kalau ketahuan“adik”nya sudah
meronta-ronta. Semula aku
bertahan untuk tidak
menceritakan pengalamanku, tapi
karena Heru pandai
memanfaatkan suasana akhirnya
kuceritakan juga apa saja yang
aku dan suamiku pernah lakukan
tapi masih dalam batas yang
sopan karena itu hal yang tabu
untuk disampaikan kepada orang
lain apalagi lawan jenis dan
bukan suami sendiri.
Lama kelamaan level cerita
kamipun meningkat, aku sudah
semakin berani menyampaikan
hal yang sekecil-kecilnya tentang
apa saja yang masing aku dan
suamiku sukai. Begitu juga
dengan Dimas yang berhasil
dibuat mengaku kalau ternyata
selama ini mengalami minder
akibat bawaan lahir karena
memiliki penis yang sangat besar.
Dengan tetap berusaha keras
mengendalikan hormon wanitaku
aku berusaha untuk menghibur
Dimas.
“Ah, kenapa harus minder..
Justru seharusnya bangga dong.
Seperti aku, maaf kata nih, aku
suka minder karena memiliki
rambut yang berlebihan. kalau
laki-laki seperti kamu sih nggak
apa-apa, tapi aku suka kuatir
suamiku tidak menyukainya.
Buktinya setiap aku memintanya
untuk mengoral selalu ditolak
halus, tapi jangan salah.. Dia
selalu puas dengan coitus kami”
Hari semakin malam dan topik
diskusi kami semakin panas dan
kamipun sudah berpindah ke
sofa. Ketika kami membahas
threesome sex dan entah sadar
atau tidak sambil bercerita posisi
duduk sudah tak karuan.. Aku
bersandar di pegangan sofa
dengan kaki diatas pangkuan
Heru dan kaki sebelah berjuntai
ke karpet dimana Dimas duduk
dilantai sambil menikmati Heru
yang memijat betis indahku
dengan bulu-bulu halus yang
tumbuh rapih disitu dan Dimas
memijit telapak kakiku yang
putih bersih dengan kuku dilapisi
kutex transparan.
Begitu nikmat sensasi pijatan
yang mereka berdua lakukan
akhirnya aku merasa melayang
apalagi pijitan Heru sudah naik
ke arah pahaku dan aku ingat
aku hanya mengangguk dengan
mata terpejam ketika Heru dan
Dimas melepaskan celana sportku
dengan alasan untuk
memudahkan pemijitan dan lupa
kalau itulah pertahananku
terakhir. Ketika kubuka mata
untuk mencegah upaya mereka
tapi ternyata terlambat karena
celana itu baru saja terlepas dari
ujung kakiku.
“Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu”
Tapi mereka tidak menggubris
sebab mereka sudah asik
masing-masing dengan kakiku..
Dan aku semakin bergumul
dengan diri ini antara menolak
dan sebaliknya.. Yang
kesimpulannya aku dengan
perlahan dan sambil
menggoyang-goyangkan pinggul
akibat sensasi yang begitu hebat
membuka kakiku terbuka lebar-
lebar dan melupakan rasa malu
karena telah memamerkan
bagian dari wanita yang
mestinya aku tutupi dan hanya
dapat dibuka didepan suamiku.
Tapi peraturan itu seolah tidak
berlaku karena dibawah
selangkanganku sana dua lelaki
muda sedang menggeluti pahaku
dan.. Oow mereka tiba-tiba
berubah seperti hewan lapar
sedang rebutan makanan dan
begitulah mereka sedang saling
dorong untuk bisa melahap
kemaluanku..
Dan akhirnya Dimas mengalah
membiarkan Heru melahap
kemaluanku dengan rakusnya,
selanjutnya giliran Dimas yang
berbeda dari Heru.. Lebih lembut
tapi oougghh seluruh permukaan
kemaluanku terasa dikunyah,
penasaran mau tahu apa yang
sedang Dimas lakukan, kubuka
mata dan kulihat mulutnya yang
ditumbuhi janggut dan kumis
tebal itu telah menutupi
kemaluanku membuat aku
kegelian hebat serta tiba-tiba
kurasakan ada sesuatu yang
mendesak dari bagian bawahku
yang ternyata cairan
kewanitaanku mengalir deras
memenuhi rongga kemaluanku..
Setelah puas menggeluti
kemaluanku Heru mengambil
handuk dan menyeka
kemaluanku.. Dan mengambil
sesuatu yang ternyata krim
cukur jenggot dan shaver.. Aku
tahu apa yang akan Heru
lakukan tapi akibat kenikmatan
oral sex itu aku seperti tidak
berdaya dan tetap telentang
dengan posisi mengangkang..
“Heru apa yang mau kamu
lakukan??”
Tapi pertanyaanku tidak digubris
malah Heru memberi kode
kepada Dimas yang kemudian
Dimas menghampiriku dan
didepan mataku dia menurunkan
celana pendeknya.. Dan wow..
Batang kemaluan Dimas ternyata
sudah memuai sampai sebesar
tangan bayi.. Dengan tetap
lembut Dimas menyodorkan
Super Dicknya ke mulutku
sehingga mulutku sekarang
penuh sesak dengan penis milik
Dimas sementara dibawah sana
Heru rupanya asik mencukuri
kemaluanku.. Semua proses itu
berlangsung kira-kira 15 menit
dan ketika“pekerjaan” Heru
selesai Dimaspun mencabut
penisnya dari mulutku.
Ketika kutengok kemaluanku
sudah licin memerah.. Setelah
membersihkan sofa dari bulu-
buluku Heru memulai tugas
lainnya, penisnya yang tidak
kalah besarnya dari milik Dimas
segera melompat dari celana
pendeknya.. Sehingga yang
terlihat sekarang 3 insan
berlawanan jenis sudah polos
tidak mengenakan apa-apa
terlebih aku sudah seperti bayi
karena kemaluanku sudah tidak
ditumbuhi bulu lagi dan sedang
digosok-gosok oleh batang
kemaluan Heru sampai cairanku
keluar seolah menyatakan siap
untuk menyambut penis Heru
yang besar dan penuh urat..
“Sshh..”
Hanya desisan itu yang keluar
dari mulutku ketika kepala
cendawan itu menerobos
perlahan kewanitaanku yang
selama ini hanya digunakan oleh
suamiku R. Secara naluri mulutku
terbuka lebar ketika kurasakan
batang kemaluan Heru sudah
tertanam seluruhnya di dalam
liang senggamaku.. Setelah
beberapa saat didiamkan yang
ada dibenakku adalah betapa
sesaknya kemaluanku dan
gatalnya minta ampun sehingga
tanpa sadar pinggulku
bergoyang yang disambut
dengan genjotan Heru..
Selang beberapa lama Heru tiba-
tiba membalikkan tubuh kami
dengan penis masih tetap
tertanam sehingga sekarang aku
berada diatas Heru memberiku
kesempatan untuk mencari
sensasi sendiri.. Hal ini
berlangsung cukup lama entah
sudah berapa kali aku orgasme..
Tak lama kurasakan bokongku
ada memukul-mukul pelan, ketika
kutengok ternyata Dimas sedang
dalam posisi tegak dibelakangku
dan mengoleskan baby oil ke
anusku.. Selanjutnya yang terjadi
adalah kenyataan 2 penis besar
mereka sudah tertanam dalam
tubuhku.. Luar biasa nikmatnya
sampai akhirnya merekapun
ejakulasi dan menumpahkan di
wajahku..
Setelah itu kami bertiga tertidur
pulas dan pagi-pagi kami bangun
melanjutkan pekerjaan yang
tersisa. Bedanya dengan
kemarin-kemarin adalah
sekarang kami bekerja tanpa
sehelai benangpun dan bila sudah
mulai bosan kami selingi dengan
persetubuhan.. Kadang aku
melayani sekaligus berdua,
kadang satu-satu dan
sementara salah satu dari
mereka tetap bekerja.
Lucu memang.. Tapi itulah
pengalaman dahsyat yang aku
alami dan membuat aku jadi
sekarang jadi ketagihan.. Malah
aku pernah melayani Heru dan
Dimas ditambah 3 orang
temannya yang lain.. Luar biasa..
Benar-benar aku sudah punya
dunia sendiri diluar ijin suamiku R.
E N D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar