Senin, 30 Mei 2011

Filosofi Hidup 'Patung Kehidupan'

Suatu ketika, hiduplah seorang
pematung. Pematung ini,
bekerja pada seorang raja yang
masyhur dengan tanah
kekuasaannya. Wilayah
pemerintahannya sangatlah luas.
Hal itu membuat siapapun yang
mengenalnya, menaruh hormat
pada raja ini. Sang pematung,
sudah lama sekali bekerja pada
raja ini. Tugasnya adalah
membuat patung-patung yang
diletakkan menghiasi taman-
taman istana. Pahatannya indah,
karena itulah, ia menjadi
kepercayaan raja itu sejak lama.
Ada banyak raja-raja sahabat
yang mengagumi keindahan
pahatannya saat mengunjungi
taman istana.
Suatu hari, sang raja
mempunyai rencana besar.
Baginda ingin membuat patung
dari seluruh keluarga dan
pembantu-pembantu
terbaiknya. Jumlahnya cukup
banyak, ada 100 buah. Patung-
patung keluarga raja akan di
letakkan di tengah taman istana,
sementara patung prajurit dan
pembantunya akan diletakkan di
sekeliling taman. Baginda ingin,
patung prajurit itu tampak
sedang melindungi dirinya. Sang
pematung pun mulai bekerja
keras, siang dan malam.
Beberapa bulan kemudian, tugas
itu hampir selesai. Sang Raja
kemudian datang memeriksa
tugas yang di perintahkannya.
"Bagus.Bagus sekali," ujar sang
Raja."Sebelum aku lupa, buatlah
juga patung dirimu sendiri,
untuk melengkapi monumen
ini."
Mendengar perintah itu,
pematung ini pun mulai bekerja
kembali. Setelah beberapa lama,
ia pun selesai membuat patung
dirinya sendiri. Namun sayang,
pahatannya tak halus. Sisi-
sisinya pun kasar tampak tak
dipoles dengan rapi. Ia berpikir,
untuk apa membuat patung
yang bagus, kalau hanya untuk
diletakkan di luar taman. Patung
itu akan lebih sering terkena
hujan dan panas, ucapnya
dalam hati, pasti, akan cepat
rusak. Waktu yang dimintapun
telah usai. Sang raja kembali
datang, untuk melihat pekerjaan
pematung. Ia pun puas.
Namun, ada satu hal kecil yang
menarik perhatiannya.Mengapa
patung dirimu tak sehalus
patung diriku? Padahal, aku ingin
sekali meletakkan patung dirimu
di dekat patungku. Kalau ini yang
terjadi, tentu aku akan
membatalkannya, dan
menempatkanmu bersama
patung prajurit yang lain di
depan sana. Menyesal dengan
perbuatannya, sang pematung
hanya bisa pasrah. Patung
dirinya, hanya bisa hadir di
depan, terkena panas dan hujan,
seperti harapan yang dimilikinya.
***
Kawan, seperti apakah kita
menghargai diri sendiri? Seperti
apakah kita bercermin pada diri
kita? Bagaimanakah kita
menempatkan kebanggaan atas
diri kita? Ada kalanya memang,
ada orang-orang yang selalu
pesimis dengan dirinya sendiri.
Mereka, kerap memandang
rendah kemuliaan yang mereka
miliki. Namun, apakah kita mau
dimasukkan ke dalam bagian itu.
Saya percaya, tak banyak orang
yang menghendaki dirinya mau
dimasukkan sebagai orang yang
pesimis. Kita akan lebih suka
menjadi orang yang bernilai
lebih. Sebab,Tuhan pun
menciptakan kita tidak dengan
cara yang main-main. Tuhan
menciptakan kita dengan
kemuliaan mahluk yang
sempurna.
Dan teman, sesungguhnya, kita
sedang memahat patung diri kita
saat ini. Tapi patung seperti
apakah yang sedang kita buat?
Patung yang kasar, yang tak
halus pahatannya, ataukah
patung yang indah, yang
memancarkan kemuliaan-Nya?
Patung yang bernilai mahal,
yang menjadi hiasan. Memang,
tak ada yang tahu akan
ditempatkan dimana patung-
patung diri kita kelak. Karena
hanya Tuhan lah Maha Tahu.
Karenanya, bentuklah patung-
patung itu dengan indah.
Pahatlah dengan halus, agar kita
bisa ditempatkan ditempat yang
terbaik, di sisi-Nya. Poleslah
setiap sisinya dengan kearifan
budi, dan kebijakan hati, agar
memancarkan keindahan.
Syukuri setiap lekuknya dengan
kesabaran, dan keikhlasan.
Pahatan yang kita torehkan saat
ini, akan menentukan tempat kita
di akhirat kelak. Bentuklah
"patung" diri Anda dengan
indah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar