Senin, 30 Mei 2011

Kisah Sukses 'Tiga Ibu Muda Dengan Simply Idea-nya'

Salah seorang motivator menulis
definisi sukses dalam bukunya
sebagai sebuah perjalanan
(success is a journey). Perjalanan
sukses seseorang akan berarti
jika ia melakukan yang terbaik
apa pun yang ada dalam
pekerjaannya.
Bagaimana jika pengertian
sukses tersebut bisa diterapkan
dalam berbisnis?. Semoga saja
cerita sukses tiga Ibu muda
bernama Dinar Esfandiary (34),
Rani Silmy (34) dan Ira Karmawan
(35) dalam merintis dan
menjalankan bisnis patungan
mereka bernama Simply Idea (SI)
bisa jadi salah satu inspirasi
pebisnis.
Awal bisnis tiga ibu muda ini
terbilang unik. Perkenalan
ketiganya terjadi di lingkungan
sekolah taman kanak-kanak. Eit,
bukan berarti mereka berasal
dari satu sekolahan lho,
melainkan putra putri mereka
tengah belajar di sekolah yang
sama. Ceritanya, mereka yang
sehari-hari beraktivitas
mengantar dan menunggui putra
putri bersekolah ini semakin
akrab dengan pertemuan-
pertemuan yang terjadi. Merasa
cocok, keakraban ketiganya
berlanjut dengan keinginan
untuk mendirikan sebuah bisnis.
Ide bisnis mereka pada awalnya
juga tak jauh dari dunia sehari-
hari yang berhubungan dengan
anak. Bisnis bedding dipilih,
dengan produk seprai, bed cover
dan lainnya pelengkap tempat
tidur anak. Ciri khas produk yang
ditawarkanadalah aplikasi dan
bordir berbahan baku katun.
Dengan modal awal Rp5 juta, lika
liku perjalanan bisnis pun di mulai.
Namun menjalankan bisnis
memang tak semulus yang
dibayangkan. Sebagai pemula
tentunya banyak sekali
kekurangan yang dirasakan.
Diantaranya mereka belum
memiliki sumber daya memadai,
seperti mesin jahit, dan juga
penjahit yang pas, mereka pun
tak kehilangan akal. Kawasan
Mayestik ketika itu jadi tujuan
mereka mencari tempat jahitan.
Tak sengaja, mereka akhirnya
bertemu dengan penjahit dan
tukang bordir yang tengah
mencari pekerjaan. Beruntung,
hasil kerja penjahit sesuai
dengan yang mereka inginkan.
Tidak mau tanggung-tanggung,
ketiganya tak segan mulai
memasarkan produk dengan
sistem door to door. Target
awalnya adalah orang-orang
terdekat seperti keluarga dan
teman-teman. Mereka tetap
bersemangat jika pun produk
belum diminati di satu tempat,
produk tetap dijajakan di tempat
yanglain. “Kami bawa dua boks,
diturunin, lalu menunggu mereka
(pelanggan,- Red) memilih produk.
Kalautidak sreg Kami jalan lagi
ke teman yang lain. Pokoknya
benar-benar penjual keliling,”
ujar Dinar. Setelah dievaluasi,
ternyata produk SI digemari oleh
banyak teman dan kerabat.
Tak puas hanya dengan hasil
tersebut, ketiganya semakin
tertantang untuk lebih
mengembangkan SI. Modal
patungan kembali dikumpulkan
untuk tujuan tersebut,
berjumlah Rp50 juta. Modal
tersebut habis digunakan untuk
mengisi workshop, membeli mesin
jahit dan mesin obras, membeli
kain serta merekrut pegawai.
Berjalan dalam hitungan bulan,
ketiganya kemudian berambisi
menjual produk di departement
store. Bukan perkara gampang
memang. Tanpa pengetahuan
sama sekali untuk memasok
produk ke tempat tersebut,
mereka pun mencoba mencari
tahu ke sebuah departemen
store ternama. Dari pertemuan
dengan buyer, diketahui masih
banyak yang harus dibenahi agar
produk SI bisa dipajang di tempat
tersebut.Contohnya kemasan,
label, dan washing instruction.
Setelah diberi tenggang waktu
satu bulan, mereka pun kembali
mempresentasikan produknya.
Kali ini produk dikemas lebih
eksklusif dengan plastik lebih
tebal, diberi kancing dan logo
brand. Selangkah lebih maju,
produk SI akhirnya bisa dijajakan
pada masa-masa big sale di
departement store tersebut.
Jika tiga kali big sale ternyata
produk diminati konsumen, baru
lah produk diberi tempat untuk
dijajakan setiap hari di tempat
perbelanjaan tersebut. Itu pun
diberi masa percobaan selama
satu tahun. Jika mencapai target
dilanjutkan, jika tidak, berhenti.
Tapi tentu saja jika hanya
mengandalkan penjualan selama
masa big sale terlalu banyak
waktu terbuang percuma.
“Workshop kosong bisa-bisa
karyawan tidak gajian,” pikir
mereka ketika itu. Akhirnya
ketiganya memutuskan untuk
mengikuti berbagai bazaar pada
masa-masa lowong tersebut.
Setahun menjalani berbagai
bazaar, ternyata hasilnya
memuaskan. SI telah memiliki 2
outlet di dua mall besar di
Jakarta, dibantu 6 karyawan.
Survive dengan Kualitas,
Inovasi dan Servis
Tiga tahun sudah tiga ibu-ibu
muda ini menjalankan bisnis SI.
Mereka pun mengakui bisnis
tidak selalu berada di atas.
“Jatuh bangun juga. Omset naik
turun, ada musimnya. Misalnya
lebaran dan liburan biasanya
tinggi,” ujar Dinar.
Kendati demikian mereka tetap
optimistis bisa exist dan
memperoleh hasil yang
memuaskan. Kunci untuk
mencapai keinginan tersebut,
menurut mereka ada tiga hal
yang harus selalu dijalankan
dengan baik. Tiga hal tersebut
adalah kualitas, inovasi dan
servis.
Saat ini, selain membuat produk
beddings, SI juga merambah
party goody bags, dekorasi dan
perlengkapan lengkap kamar
bayi termasuk furniture. Mereka
mengaku harus banyak
melakukan inovasi mengingat
banyak produk lain yang
belakangan meniru produk SI.
Sementara dalam hal servis,
mereka tidak segan-segan untuk
mengganti barang yang rusak
dari laporan pelanggan meskipun
terkadang disebabkan kelalaian
pelanggan sendiri. Tau cara
lainnya, mengirimkan kartu
ucapan dan small gift bagi buah
hati pelanggan.
Ketiganya tak hanya sukses
dalam bisnis. Meski berbisnis
mereka mengaku dapat
mencurahkan cukup perhatian
mereka kepada keluarga. Dan
tampaknya mereka semakin
menikmati dunia bisnis yang
memberikan kebebasan waktu.
Sekadar diketahui, ketiga ibu
muda ini pernah menjalani dunia
karier. Dinar memutuskan
berhenti setelah menikah.
Sementara Rani dan Ira yang
berprofesi sebagai dokter gigi
memutuskan berhenti ketika
mereka melihat anak-anak
memerlukan lebih banyak waktu
dan perhatiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar